Bank Sampah Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat: Antara Harapan dan Kenyataan

Abstract

Permasalahan sampah menjadi permasalah publik saat ini utamanya di kota, kehidupan yang semakin instan mendorong penggunaan barang-barang instan seperti wadah plastik, stereofoam, kertas dan kaleng. Memasuki era digital, masyarakat mudah dalam memperoleh barang dan jasa secara online menyumbang kenaikan kuantitas sampah, terutama sampah plastik dan kertas (kardus) yang berfungsi sebagai pembungkus. Permasalah sampah ini sesungguhnya telah diantisipasi dengan ditetapkannya Undang-Undang nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dengan mensosialisasikan konsep 3 R (reduce, reuse, recycle) diharapkan volume sampah yang harus dikelola pemerintah (TPA) turun secara signifikan. Konsep 3 R cocok diterapkan di perkotaan sebagai penghasil sampah namun penerapan di daerah perdesaan juga perlu disosialisasikan. Upaya pengelolaan sampah ini dirintis Desa Sukasirna sebagai upaya perberdayaan dan pelestarian lingkungan dengan membentuk bank sampah. Pertanyaannya bagaimana efektivitas bank sampah di Desa Sukasirna dan daerah perdesaan umumnya? Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam pada informan yang mewakili pengelola bank sampah dan masyarakat. Informan penelitian diambil dengan metoda stratified random sampling untuk mempertimbangkan keterwakilan masyarakat dari sample. Sampai saat ini bank sampah Desa Sukasirna masih bertahan setelah beroperasi 10 tahun, namun kenyataan perkembangannya kurang maksimal atau dikatakan stagnan mengingat anggota aktif hanya sekitar 1/3 dari jumlah anggota, anggota banyak yang memilih menjual sampahnya ke pengepul karena pertimbangan harga dan kemudahan pembayaran. Intinya pengelolaan bank sampah masih mengalami banyak kendala.